1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai[4] di Hari Pembalasan[5].
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]

Senin, 21 Februari 2011

Dermatitis kontak

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dermatit merupakan suatu reaksi peradangan kulit Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik.
Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan kontak dengan kulit.
B. MAKSUD dan TUJUAN PENULISAN
Adapun maksud dan tujuan penulisan Laporan pendahuluan ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang diberikan oleh dosen pengampu Ibu Widjijati, MN.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang penyakit Dermatitis Kontak bagi penulis.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang penyakit Dermatitis Kontak bagi penulis.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan berbagai sumber dengan metode pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat melengkapi makalah sesuai dengan bahan – bahan yang penulis ambil dari buku – buku referensi sebagai bahan pendukung dan pelengkap materi.
BAB II
ISI

DERMATITIS KONTAK

A. Definisi
 Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik.
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius)
 Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan kontak dengan kulit.
(Price, Sylvia Anderson. 1991. Patofisiologi. Jakarta: EGC)
 Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.
(Harahap Mawarli Prof.Dr. 2006.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta:Hipokrates)

B. Etiologi
Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi non alergik dari pada kulit yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan zat warna ( untuk pakaian, sepatu dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.
a) Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-ulang dan atau kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau termasuk di sini adalah sabun, deterjen dan kebanyakan jenis bahan pelarut.Dermatitis pekerjaan tampak pula fisura ,skuama,dan paronikima sebagai akibat iritasi kronik.dermatitis juga dapat terdapat pada rumah tangga yang terjadi karena insektisida dan pelbagai salep yang di jual secara bebas yang mengandung sulfonamid,penisilin,merkuri,atau sulfur.
b) Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras sehingga akan melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat dan basa kuat).

PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK
PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH
Bagian Tubuh Penyebab
Muka Kosmetik, hairspray, semir rambut.
Cuping telinga Nikel, perhiasan imitasi
Kelopak mata Kosmetik, transfer oleh tangan, tangkai kaca mata
Bagian Tubuh Penyebab
Hidung, bibir dan sekitarnya Pasta gigi, lipstick
Leher Parfum, pakaian (bahan wool)
Aksila Deodoran, pakaian, parfum
Dada Bahan kuningan
Lengan dan kaki Deterjen, bahan pembersih, sepatu
Tangan Sarung tangan, deterjen

C. Manifestasi Klinis
Gejala dari dermatitis kontak adalah:
a) Fase akut : merah,edema,papula,vesikula,berair,kusta, dan gatal
b) Fase kronik :kulit tebal/likenifikasi,kulit pecah – pecah skuama,kulit kering,dan hiperpigmentasi.
c) Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena fisura, vesikula, ulcus.
d) Gejala obyektif : - Erythema
- Mikrovesikulasi dan keluarnya
- Kulit menebal, kering, retak
- Pengelupasan kulit
- Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
- Edema muka dan tangan
- Ruam-ruam dan lesi

D. Predisposisi
Penyakit dermatitis ini biasanya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yang antara lain:
a) Obat-obatan : obat kumur, balsem dan salep yang mengandung sulfanamid, penisilin, insektisida, neomisin, benzokain dan etilendiamin.
b) Karet atau nilon : sandal karet, kaos kaki nilon, pakaian nilon.
c) Kunyit, kapur sirih, merkuri dan sulfur.

E. Klasifikasi
Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.
 Dermatitis kontak dapat berupa:
a) Tipe dermatitis kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh alergen kontak pada orang yang sensitif.
b) Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
 Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:
Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi
Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer
Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
Penderita Semua orang Orang yang alergik
Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas, eritema
Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi
sangat jelas kurang jelas
Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam bila iritan diangkat, reaksi akan segera Bila sesudah 24 jam bahan alergen diangkat, reaksi menetap/meluas berhenti
Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam, sandal jepang, kalung imitasi

F. Patofisiologi
Dermatitis Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:
1) Fase Induksi (sensitisasi)
 Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
 Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit T melalui saluran limfe.
2) Fase Eksitasi
Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.




G. Pathway























H. Penanganan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk umum.
“Dasar penyakit dermatitis adalah mencari etiologi dan menyingkirkan penyebabnya.”
Pada dermatitis akut
Dilihat adanya oedema, erasia, eksudasi, pustula, erythema.
1) Kompres
Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air
- Letakkan di lesi, 10-20 menit
- Ganti dengan kain dan air yang bersih
Perhatian : - Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat
- Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor penguapan. Sol Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada lesi maka konsentrasinya menjadi 20-50 % sehingga melekat pada lesi dan terdapat kristal Boric (BAHAYA).
2) Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif.
Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim, supristol, septrin (efek aplasticanemia).
3) Antihistamin
4) Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian:
a.Lotion
Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .
b.Bedak
Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.Meski kerja medisnya singkat ,bedak merupakan preparat higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.
c.Krim
Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam - air
atau emulsi air- dalam- minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur (Mackie,1991).
d.Jel
Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa berminyak serta tidak meninggalkan noda.
e.Pasta
Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa menggunakan minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.
f.Salep
Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau terlokalisasi.
g.Preparat spray dan aerosol
Dapat di gunakan untuk lesi yang luas,bentuk ini akan mengisat ketika mengenai kulit sehinga harus digunakan dengan sering.
h.Korrtikosteroid
Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik untuk memberikan efek anti inflamasi,anti priritus dan vasokontriksi(Litt,1993).



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK

I. PENGKAJIAN
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut dari dermatitis kontak eksim pasien sulit untuk mengabaikan atau menyembunyikanya dari orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan data yang harus dikumpulkan sejak awal adalah:
1) Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
2) Kemungkinan bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat pekerjaan/pada waktu kegiatan rekreasi.
3) Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.
4) Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon imunitas.
5) Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.
6) Peningkatan stress yang dicatat pasien.
7) Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan pribadi).
8) Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.
Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka menggaruk lesi, periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.

II. DIAGNOSA
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

III. PERENCANAAN
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan fungsi barier kulit.
Intervensi:
1. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum korneum yang berlebihan ) ketika memasang kompres basah.
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan menutulkan untuk menghisap dan menghindari friksi.
3. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlau tinggi dan akibat cedera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanas, radiator )
4. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional:
1. Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer.
2. Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya sebagian penyakit kulit.
3. Penderita Dermatitis dapat mengalami penurunan sensitifitas terhadap panas.
4. Banyaknya masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
Intervensi:
1. Periksa daerah yang terlibat
a. Upayakan untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman.
b. Mencatat hasil-hasil observasi secara rinci dengan memakai terminologi deskriptif
c. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi , mendapatkan riwayat pemakaian obat.
2. Kendalikan faktor – faktor iritan.
a. Pertahankan kelembaban kira-kira 60%;gunakan alat pelembab
b. Pertahankan lingkungan dingin
c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitif.
d. lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur.
e. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan .
f. Hentikan pemajanan berulang terhadap deterjen,pembersih,dan pelarut.

3. Menggunakan tindakan perawatan kulit untuk mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien.
a. Melaksanakan kompresi penyejuk dengan air suam – suam kuku, atau kompres dingin guna meredakan rasa gatal.
b. Mengatasi kekeringan sebagaimana di preskripsikan .
c. Mengoleskan losion dan krim kulit segera setelah mandi.
d. Menjaga agar kuku selau terpangkas.
e. Menggunakan terapi tropikal seperti yang preskiripsikan.
f. Membantu pasien menerima terapi yang lama, yang diperlukan pada beberapa kelainan kulit.
g. Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep atau losion yang di beli tanpa resep dokter
Rasional:
1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam menyusun rencana interfensi
a. Membantu menidentifikasi tindakan yang tepat untk memberikan kenyamanan.
b. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosa dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi memepunyai etiologi yang berbeda, respon inflamasi kutan mungjin mati pada pasien lansia.
c. Ruang menyeluruh terutama dengan awitan yang mendadak dapat menunjukan reaksi alergi terhadap obat.
2. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.
a. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
b. Kesejukan mengurangi gatal.
c. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan diterjen, zat pewarna atau bahan pengeras.
d. Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
e. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
f. Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit.
3. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan keutuhanya agar berfungsi dengan benar.
a. Pengisatan air yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukan kulit dan meredakan pruritus.
b. Kulit yang kering dpat menimbulkan daerah dermatitis dengan gejala kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat.
c. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier pada kulit.
d. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.
e. Tindakan ini membantu meredakan gejala.
f. Tindakan koping biasanya akan meningkatkan kenyamanan.
g. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi pengobatan sendiri.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
Intervensi:
1. Cegah dan obati kulit yang kering.
a. Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi dan kelembaban yang baik.
b. Menjaga agar kulit selalu lembab.
c. Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat kering.
d. Jangan gunakan sabun atau gunakan sabun yang lembut oleskan losion segera sesudah mandi sementara kulit masih lembab.
2. Nasehati pasien untuk melakukan hal berikut yang dapat membantu meningkatkan tidur
a. Menjaga jadwal tidur yang teratur pergi tidur pada saat yang sama dan bangun pada sat yang sama.
b. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur dimalam hari.
c. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
d. Mengerjakan hal – hal yang rirual dan rutin menjelang tidur.



Rasional:
1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur yang normal.
a. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
b. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan, tapi bisa di kendalikan.
c. Semua tindakan ini kan memelihara kelembaban kulit.
2.
a. Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan air.
b. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesduah di konsumsi.
c. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan pada sore hari.
d. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terja menjadi tertidur.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Intervensi:
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien ( Menghindari kontak mata, merendahkan diri sendiri,Ekspresi muak terhadap kondisi kulitnya ).
2. identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan.
3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan,( dengan cara yang terbuka, tidak menghkimi ). Untuk mengekspresikan berduka/ ansietas tentang perubahan citra tubuh
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien, bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.
5. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri ( turut berpartisippasi dalam penanganan kulitnya, merias atau merapikan diri )
6. Membantu pasien ke arah penerimaan diri.
7. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
8. Memberikan nasehat kepada pasien mengenai cara – cara perawatan kosmetik untuk menyembunyikan kondisi kulit yang abnormal.
Rasional:
1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.
2. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.
3. Pasien membutuhkan pengalaman, didengarkan dan dipahami.
4. Tindakan ini memeberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan unsur yang merusak adaptasi pasien .
5. (Untuk nomor 5 s/d 8). Pnedekatan dan sasaran yang positif tentang tekhnik – tekhnik kosmetik seringkali membantu dalam meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
Intervensi:
1. Tentukan apakah pasien mengetahui ( memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi dirinya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi.
3. Peragakan penerapan terapi yang di programkan ( kompres basah; terapi topikal )
4. Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta losion kulit.
5. Dorong pasien utnuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.
Rasional:
1. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada yang harus diperbuat, kebanyakan pasien merasakan manfaat yang lebih.
3. Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk menunjukan cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau losion untuk melembabkan kulit akan mencegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak dan bersisik.
5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit akan menandakan status nutrisi yang ab normal.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.
Intervensi:
1. Memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yag sistem kekebalanya ter ganggu.
2. berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi.
3. Laksanankan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi
4. Sediakan terapi rendaman separti yang diprogramkan .
5. Berikan preparat anibiotik yang diresepkan dokter.
6. Gunakan obat-obat topikal yang mengandug kortikosteroid seperti yang diresepkan dokter dan menurut indikasinya
a. Observasi lesie secara periodik untuk peribahan respon terhadap terapi.
b. Instruksikan pasien tentang kemungkinan efek samping penggunaan jangka panjang kortikosteroid, topikal, difluorinasi.
7. Nasihati pasien untuk menghentukan pemakaian obat kulit yang yang memperburuk masalah.
Rasional:
1. Setiap keadaan yang mengganggu status imune akan memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung kepada ketrampilan, keterampilan interpresonal, profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat instruksi tertulis.
3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi serum. Kompres basah akan membantu tindakan debridemen fesikel serta krusta dan mengendalikan proses inflamasi.
4. Melepaskan eksudat dan krusta.
5. Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrorganisme penyebab infeksi.
6. Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi yang menjelaskan sebagian kemampuanya untuk menimbuklan vasokontriksi pada pembuluh - pembuluh kecil dalam dermis lapisan atas. Pemakaian kortikosterod topikal yang ekstensif dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek anti proliferatif pada sel – sel epidermis ( kerontokan rambut pada daerah yang dioleskan ).
7. Dermatitis kontak atau reaksi alergi dapat terjadi setiap unsur yang ada dalam obat tersebut.
IV. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan hasil yang di harapkan adalah sebagai berikut:
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan fungsi barier kulit.
1. Memepertahankan integritas kulit.
2. Tidak adanya maserasi.
3. Tidak ada tanda – tanda cedara termal.
4. Tidak ada infeksi.
5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
6. Menggunakan obat yang dirersepkan sesuai jadwal.
2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
1. Mencapai peredaran gangguan rasa.
2. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.
3. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan peredaran rasa gatal.
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari.
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
1. Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.
3. Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.
6. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.
7. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.
3. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.
4. Gunakan obat tropikal dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.
1. Tetap bebas dari infeksi.
2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah kerusakan.
3. Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.
4. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan.
5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).















DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Harahap, Marwali, dkk. 1984. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung: Alumni)
-----------------------------.2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson. 1991. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006. .........................: Primamedika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar