1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai[4] di Hari Pembalasan[5].
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]

Kamis, 25 November 2010

CHRONIC RENAL DISEASE

CHRONIC RENAL DISEASE

A. PENGERTIAN
CRD adalah penyakit renal tahap akhir yang merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah).
CRD dapat didefinisikan secara sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielkkan lagi.
B. ETIOLOGI
Terdapat 8 kelas sebagai berikut :
Klasifikasi penyakit Penyakit
Infeksi Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular
hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan
penyambung Lupus eritematosus sistemik
Poliarteritis nodusa
Skelrosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes mellitus
Gout
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik
Nefropati timbal
Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma, fibrosis retroperitoneal
Saluran kemih bawah : hipertropi prostat, strikyur uretra, anomaly congenital pad leher kandung kemih dan uretra

C. PATOFISIOLOGI
Terdapat dua pendapat :
a. Tradisonal
Semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya
b. Hipotesis nefron utuh/Hipotesis Bricker
Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Meskipun penyakit ginjal kronis tetap berlanjut , namun jumlah solut yang harus diekskresi oleh ginjal tidak berubah, kendati jumlah nefron menurun drastis . Dua adaptasi yang penting yang dilakukan yakni sisa nefron mengalami hipertropi dalam usaha untuk melaksanakan beban kerja ginjal.Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus pada setiap nefron meskipun GFR untuk keseluruhan menurun. Namun kalau 75% nefron hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan gromerulus-tubulus (keseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi) tidak dapat dipertahankan lagi.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut SINDROM UREMIK
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
 Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi ; kelainan volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
 Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya.
Manifestasi sindrom uremik :
Sistem tubuh Manifestasi
Biokimia  Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)
 Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN, kreatinin)
 Hiperkalemia
 Retensi atau pembuangan Natrium
 Hipermagnesia
 Hiperurisemia
Kemih Kelamin  Poliuria, menuju oliguri lalu anuria
 Nokturia, pembalikan irama diurnal
 Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010
 Protein silinder
 Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas
Kardiovaskular  Hipertensi
 Retinopati dan enselopati hipertensif
 Beban sirkulasi berlebihan
 Edema
 Gagal jantung kongestif
 Perikarditis (friction rub)
 Disritmia
Pernafasan  Pernafasan Kusmaul, dispnea
 Edema paru
 Pneumonitis
Hematologik  Anemia menyebabkan kelelahan
 Hemolisis
 Kecenderungan perdarahan
 Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK, pneumonia,septikemia)
Kulit  Pucat, pigmentasi
 Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan kehilangan protein)
 Pruritus
 “kristal” uremik
 kulit kering
 memar
Saluran cerna  Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB
 Nafas berbau amoniak
 Rasa kecap logam, mulut kering
 Stomatitis, parotitid
 Gastritis, enteritis
 Perdarahan saluran cerna
 Diare
Metabolisme intermedier  Protein-intoleransi, sintesisi abnormal
 Karbohidrat-hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun
 Lemak-peninggian kadar trigliserida
Neuromuskular  Mudah lelah
 Otot mengecil dan lemah
 Susunan saraf pusat :
 Penurunan ketajaman mental
 Konsentrasi buruk
 Apati
 Letargi/gelisah, insomnia
 Kekacauan mental
 Koma
 Otot berkedut, asteriksis, kejang
 Neuropati perifer :
 Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg
 Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi
 Perubahan motorik – foot drop yang berlanjut menjadi paraplegi
Gangguan kalsium dan rangka  Hiperfosfatemia, hipokalsemia
 Hiperparatiroidisme sekunder
 Osteodistropi ginjal
 Fraktur patologik (demineralisasi tulang)
 Deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi, pembuluh darah, jantung, paru-paru)
 Konjungtivitis (uremik mata merah)

E. PEMERIKSAAN
Metode biokimia :
1. Urinalisis :
 Proteinuria (> 150 mg/hari)
 Hematuria (tes dipstik)
 Konsentrasi ion hydrogen /pH
 Berat jenis
2. Laju filtrasi glomerulus
 Tes bersihan kreatinin
 Kreatinin plasma dan nitrogen urea darah
3. Tes fungsi tubulus
 Tes ekresi PSP (fenolsulfonftalein)
 Tes eksresi PAH (para-aminohipurat)
 Tes pemekatan dan pengenceran
 Tes pengasaman kemih
 Tes konservasi natrium
Metode morfologik :
1. Mikroskopis kemih
2. Bakteriologik kemih
3. Radiologik
 Pielogram intravena (IPV)
 USG ginjal
 Pencitraan radionukleid ginjal
 Sistouretrogram berkemih
 CT Scan
 MRI
 Arteriogran ginjal
4. Biopsi ginjal

F. PENATALAKSANAAN
Terdiri dari dua tahap :
1. Penatalaksanaan konservatif :
 Pengaturan diet protein, Kalium, Natrium dan Cairan
 Pencegahan dan pengobatan komplikasi
2. Dialisis dan transplantasi ginjal
 Hemodialisa
 Dialysis peritoneal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar